Home » , » Peran Guru Dalam Abad 21

Peran Guru Dalam Abad 21

Dunia pendidikan selalu berkembang, yang saya tahu dunia pendidikan itu dari jaman sabak sampai jaman internet, sungguh perkembangan yang luar biasa walaupun perkembangan tersebut mungkin tidak 100% merata di setiap daerah terutama daerah-daerah terpencil. Namun sebagai pendidik, kita harus siap menghadapi tantangan tersebut, Pembelajaran sekarang ini disebut dengan pembelajaran 21.

Daftar Isi

A.KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN ABAD 21

Apakah Saudara masih ingat ruang-ruang kelas konvensional berisi meja atau bangku, kursi, dan papan tulis yang terpampang di depan kelas dengan sekotak kapur dan sebuah penghapus. Perkembangan berikutnya hadir ruang kelas mungkin menggunakan whiteboard dan spidol untuk menggantikan papan tulis dan kapur. Saat ini, terdapat pula kelas yang sudah menggunakan proyektor LCD didukung laptop atau komputer yang terhubung dengan jaringan internet, atau ruang-ruang kelas multimedia dilengkapi papan tulis elektrik, komputer tablet, iPAD, PDA, smartphone, dan perangkat canggih lainnya yang dilengkapi jaringan internet berkecepatan tinggi.

Guru dan peserta didik dapat memanfaatkan jaringan internet untuk mengakses big datadimana setiap detik mengalir data dalam jumlah besar. Big data merupakan kumpulan data dalam skala besar dan kompleks yang dapat menjadi sumber belajar potensial.

Pakar memperkirakan setiap hari dihasilkan 2.5 triliun byte data, facebook menayangkan 300 juta foto perhari, dan google memproses 35 juta permintaan perhari dan semua akan terus meningkat. Data tersedia melimpah sehingga tantangan dunia pendidikan perlu mempelajari cara memperoleh, menyimpan, menganalisis, melacak, mencari, men-share, memindahkan, memvisualisasi, mengaktualisasi, melakukan quering (menambah, menghapus dan mengubah data), dan mengelola sumber data untuk kepentingan proses pembelajaran.

Bishop (2006) mengemukakan orientasi-orientasi pembelajaran abad 21 dalam bentuk berbagai keterampilan abad 21 yang penting dikuasai peserta didik untuk menjadi warga negara dan insan yang kreatif produktif di abad 21 yang diilustrasikan melalui gambar berikut.




Beberapa keterampilan penting abad 21 yang divisualisasikan pada gambar 3 sangat relevan menjadi orientasi pembelajaran di Indonesia sebagai berikut;.

  1. Berpikir kritis dan penyelesaian masalah (critical thinking and problem solving).
  2. Kreatifitas dan inovasi (creativity and innovation).
  3. Pemahaman lintas budaya (cross-cultural understanding).
  4. Komunikasi, literasi informasi dan media (media literacy, information, and communication skill).
  5. Komputer dan literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (computing and ICT literacy)
  6. Karir dan kehidupan (life and career skill)

B.KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK ABAD 21

Dunia pendidikan kembali harus menyesuaikan dengan kehadiran generasi z yaitu anak-anak yang lahir setelah tahun 1995. Generasi z berada pada rentang usia 14- 19 tahun dan memiliki banyak sebutan seperti generasi I, Generation NextNew Silent Generation, Homelander, generasi youtube, generasi net, dan sebagainya (Giunta, 2017). Shenila Janmohamed (2016) dalam buku Generation M: Young Muslim Changing The World menyebutnya dengan istilah generasi M, yaitu kalangan muda yang religius namun sekaligus modern. Rideout et.al, (2010) menggunakan istilah generasi M2 dimana pada usia 8-18 tahun generasi ini lebih banyak menghabiskan waktu berinteraksi dengan media genre baru (new media) seperti komputer, internet dan video games. Generasi z besar kemungkinannya tidak sempat menjalani kehidupan analog, namun langsung masuk dalam lingkungan digital. Silahkan buktikan dan amati, jarang dijumpai generasi z masih mendengarkan siaran radio, memutar CD, memutar kaset video, dan menonton televisi. Interaksi dengan media generasi sebelumnya (old media) seperti televisi, media cetak, dan musik audio mulai berkurang intensitasnya. Fenomenaini bukan hanya merubah “apa” yang dipelajari, namun merubah cara “bagaimana”generasi z ini mempelajarinya.

Di Indonesia generasi z bisa dikatagorikan mereka yang lahir sekitar tahun 1995 setelah layanan internet pertama oleh Indonet di Indonesia tersedia pada tahun 1994. Kesenjangan digital tidak lagi sekedar ditentukan faktor ekonomi seperti kepemilikan handphone, namun lebih disebabkan perbedaan tingkat literasi lintas antara generasi guru dan generasi peserta didik.

C. PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21

Peran guru abad 21 menjadi lebih menarik sekaligus menjadi lebih menantang. Kehadiran guru dalam pembelajaran abad 21 sangat diperlukan untuk menjamin terjadinya proses pembelajaran yang bermakna, berkarakter, dan memiliki orientasi pengembangan keterampilan-keterampilan penting abad 21. Saudara disarankan tidak sekedar berfokus menyajikan materi, fakta, data, hasil riset, teori, cerita, dan rumus-rumus semata karena cara-cara demikian akan segera akan menjadi usang. Mengapa? Peserta didik dapat melacak informasi dan beragam pengetahuan memanfaatkan sumber-sumber digital kapanpun dan dimanapun melalui mesin pencari. Bagi Saudara yang masih berada di daerah yang terpencil dan tidak ada akses jaringan tetap perlu mengantisipasi karena dalam waktu dekat semua daerah akan terhubung dengan jaringan internet dan handphone telah menjadi bagian hidup keseharian peserta didik. Saudara selaku guru tetap perlu mengantisipasi perkembangan teknologi dan mentransformasi diri dari pembelajaran berpusat pada guru menjadi lebih berpusat pada peserta didik, dimana peserta didik dan Saudara sama-sama aktif. Saudara penting memberikan kesempatan peserta didik mengkontruksi pengetahuannya sendiri melalui kesempatan mengakses “big data” namun tetap dalam bimbingan Saudara. Generasi z akan cepat menemukan berbagai sumber belajar digital karena sangat terbiasa mengoperasikan beragam perangkat akses informasi digital. Di satu sisi generasi z tetap memerlukan bantuan dalam hal; (a) cara memvalidasi informasi, (b) cara mensintesa informasi, (c) cara mengambil manfaat dari informasi, (d) cara mengkomunikasikan informasi kepada orang lain dengan baik, (e) menggabungkan informasi secara kolaboratif, dan (f) cara menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah yang produktif.

Peserta didik perlu diberi kesempatan berkreasi menjadi produsen pengetahuan dan berbagi pengetahuan melalui beragam media sosial seperti web blog, episode program di internet (podcasting), google drivesnapchat, video streaming, audio streaming, dan sebagainya. Masyarakat prosumen dengan sendirinya dapat terbentuk apabila peserta didik sejak awal dikondisikan untuk terbiasa mencipta dan menjadi subyek yang aktif dalam proses pembelajaran.

Faktor lain yang penting sebagai renungan guru harus benar-benar mencintai bidang ataupun mata pelajaran yang menjadi tanggungjawabnya dan guru harus mencintai peserta didiknya. Penting bagi Saudara selaku guru untuk mengenal berbagai model pembelajaran abad 21 dengan orientasi-orientasi barunya dalam membangun kompetensi. Pendekatan utama adalah student center learning dan paradigma belajar kontruktivistik dengan guru tetap aktif.

D.MODEL-MODEL PEMBELAJARAN ABAD 21

Sebelum membahas model-model pembelajaran abad 21 ada baiknya dipahami terlebih dahulu kerucut pengalaman belajar Edgar Dale. Hal ini penting karena pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi atau bahkan dimediasi oleh teknologi tetap diperuntukkan bagi kemaslahatan peserta didik dan memberikan pembelajaran bermakna. Pada anak usia dini tentu dapat membantu menstimuli aspek-aspek perkembangan sesuai tugas-tugas perkembangannya. Berdasarkan kerucut pengalaman Edgar Dale pengalaman langsung tetap merupakan pengalaman belajar yang paling tinggi, sehingga pemanfaatan sumber-sumber digital tetap perlu diikuti dengan pengalaman langsung denga memanfaatkan sumber belajar fisik.


Berkenaan dengan model-model pembelajaran abad 21 yang dipandang potensial untuk mengintegrasikan teknologi dan luwes diterapkan pada berbagai tingkatan usia, jenjang pendidikan dan bidang studi, dapat menyesuaikan dengan kondisi sekolah. Model-model pembelajaran dimaksud antara lain;

  1. Discovery learning;
  2. Pembelajaran berbasis proyek;
  3. Pembelajaran berbasis masalah dan penyelidikan; 
  4. Belajar berdasarkan pengalaman sendiri (Self Directed Learning/SDL); 
  5. Pembelajaran kontekstual (melakukan);
  6. Bermain peran dan simulasi; 
  7. Pembelajaran kooperatif; 
  8. Pembelajaran kolaboratif; 
  9. Diskusi kelompok kecil; 

E. TPACK SEBAGAI KERANGKA INTEGRASI TEKNOLOGI

Temen-temen tentu sudah memiliki pengetahuan (Knowledge/K) cara membelajarkan (Pedagogy/P) dan menguasai materi pembelajaran sesuai bidang (Content/C)) dikenal dengan istilah Pedagogy Content Knowledge (PCK). Istilah PCK pertama kali diperkenalkan oleh Shulman pada tahun 1986. Namun, PCK tidak sekedar irisan atau gabungan pengetahuan tentang pedagogi dan penguasaan materi namun diperkuat oleh pengalaman-pengalaman guru (tacit knowledge). Penelitian menunjukkan persepsi calon guru terhadap TPACK sangat dipengaruhi oleh pengalaman mengikuti perkuliahan terkait pengetahuan tentang teknologi dan pengetahuan tentang pedagogi dan teknologi (Koh, et.al, 2013) Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan pengaruh besar terhadap proses pembelajaran sehingga abad 21 mendorong Saudara untuk memiliki pengetahuan terkait teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Istilah PCKberkembang menjadi TPCK dimana “T” adalah teknologi. Guna memudahkan penyebutannya TPCK dirubah menjadi TPACK dan berkembang melibatkan banyak domain pengetahuan di dalamnya.

Konsep TPACK melibatkan 7 domain pengetahuan dikarenakan ada irisan atau sintesa baru, yaitu;

  1. Pengetahuan materi (content knowledge/CK) yaitu penguasaan bidang studi atau materi pembelajaran.
  2. Pengetahuan pedagogis (pedagogical knowledge/PK) yaitu pengetahuan tentang proses dan strategi pembelajaran.
  3. Pengetahuan teknologi (technological knowledge / TK) yaitu pengetahuan bagaiamana menggunakan teknologi digital.
  4. Pengetahuan pedagogi dan materi (pedagogical content knowledge/PCK) yaitu gabungan pengetahuan tentang bidang studi atau materi pembelajaran dengan proses dan strategi pembelajaran.
  5. Pengetahuan teknologi dan materi (technological content knowledge/TCK) yaitu pengetahuan tentang teknologi digital dan pengetahuan bidang studi atau materi pembelajaran.
  6. Pengetahuan tentang teknologi dan pedagogi (technological paedagogical knowledge/TPK) yaitu pengetahuan tentang teknologi digital dan pengetahuan mengenai proses dan strategi pembelajaran.
  7. Pengetahuan tentang teknologi, pedagogi, dan materi (technological, pedagogical, content knowledge/TPCK) yaitu pengetahuan tentang teknologi digital, pengetahuan tentang proses dan strategi pembelajaran, pengetahuan tentang bidang studi atau materi pembelajaran.

TPACK merupakan kerangka pengintegrasian teknologi ke dalam proses pembelajaran yang melibatkan paket-paket pengatahuan tentang teknologi, materi, dan proses atau strategi pembelajaran. Paket-paket pengetahuan bersinggungan menghasilkan irisan- irisan menjadi paket pengetahuan baru seperti diilustrasikan melalui gambar berikut.


Sumber: Materi diklat  PPG

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. LOE MENENG - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger